Senin, 26 Maret 2012

PERKEMBANGAN REMAJA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku J.P. Chaplin, 1979) psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik setiap fase-fase perkembangan.
Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada perubahan-perubahan dan perkembangan struktur jasmani (biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematiaanya.
Di dalam psikologi perkembangan banyak dibicarakan bahwa dasar kepribadian seseorang terbentuk pada masa anak-anak. Proses-proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak ditambah dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak-anaknya sedikit demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa.
Istilah remaja berasal dari bahasa Inggris ‘Adolescence’  yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju kematangan (Sebald, 1992, hlm.3). ‘Adolescence’ merupakan suatu perubahan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa setengah baya dan masa tua, pada umumnya dimulai sekitar umur 12 atau 13 tahun dan diakhiri pada umur awal 20-an (Papalia & Olds, 1992, hlm. 342). Menurut Papalia et al., 1998) masa remaja merupakan periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (hlm. 330)
Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan untuk membedakan yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya. Disinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja. Sebelum menentukan hal yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian hendaknya kita pelajari dahulu tugas perkembangan remaja dalam kehidupannya. Oleh karena itu, saya mencoba membahas mengenai tugas perkembangan remaja baik secara umum maupun klasifikasinya secara khusus yang berkenaan dengan kehidupan pribadi sebagai individu, kehidupan pendidikan dan karier, serta kehidupan keluarga.

1.2    Rumusan Masalah

A.     Pengertian Tugas-tugas Perkembangan
·         Prinsip-prinsip Perkembangan
·         Tujuan Tugas-tugas Perkembangan
·         Penghambat Tugas-tugas Perkembangan
B.     Perkembangan Masa-masa Remaja
·         Rentangan Usia Masa Remaja
·         Ciri-ciri Masa Remaja
C.     Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja
·         Perkembangan Fisik Masa Remaja
·         Perkembangan Kognitif Masa Remaja


1.3    Tujuan

A.     Mengetahui Pengertian Tugas-tugas Perkembangan
·         Mengetahui Prinsip-prinsip Perkembangan
·         Mengetahui Tujuan Tugas-tugas Perkembangan
·         Mengetahui Penghambat Tugas-tugas Perkembangan
B.     Mengetahui Perkembangan Masa-masa Remaja
·         Mengetahui Rentangan Usia Masa Remaja
·         Mengetahui Ciri-ciri Masa Remaja
C.     Mengetahui Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja
·         Mengetahui Perkembangan Fisik Masa Remaja
·         Mengetahui Perkembangan Kognitif Masa Remaja

  
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Tugas-tugas Perkembangan

Robert Havighrust (Adam & Gullota, 1983) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus. Tugas-tugas ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori-teori tugas-tugas perkembangan adalah Robert J. Havighust (Hurlock, 1990), mengartikan tugas-tugas perkembangan itu sebagai berikut : “A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society and difficulty with later task”. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang seyogianya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Hurlock (1981) menyebut tugas-tugas perkembangan ini sebagai sosial expectations. Dalam arti, setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. Sebab, kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu akan mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.

a)       Prinsip-prinsip Perkembangan

Adalah harapan dan cita-cita orang tua untuk dapat memperkembangkan anak semaksimal mungkin agar anak tersebut mampu dan berhasil dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan yang berlaku umum untuk setiap umur atau fase perkembangan yang akan atau sedang dilalui seorang anak. Orang tua akan senang misalnya mempunyai anak umur 2 tahun sudah lincah berjalan, berlari serta berbicara, pada umur 4 tahun sudah berhenti mengopol, pada umur 11 – 13 tahun dapat melampaui jenjang pendidikan S.D. dengan tanpa kesulitan dan mereka telah mengetahui peran jenis kelaminnya, pada masa remaja dapat menerapkan nilai-nilai moral dengan baik, demikian untuk selanjutnya secara bertahap mereka mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Beberapa prisip perkembangan yang mendasari perkembangan setiap anak:
1)         Perkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh menjadi besar tetapi mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progresif, teratur, koheren dan berkesinambungan. Jadi antara satu tahap perkembangan dengan tahap perkembangan berikutnya tidak terlepas, berdiri sendiri-sendiri.
2)        Perkembangan dimulai dari respon-respon yang sifatnya umum menuju ke yang khusus. Contohnya, seorang bayi mula-mula ia akan bereaksi tersenyum bila melihat setia wajah manusia. Dengan bertambahnya usia bayi, ia mulai bisa membedakan wajah-wajah tertentu.
3)        Manusia merupakan totalitas (kesatuan), sehingga akan ditemu kaitan erat antara perkembangan aspek fisik-motorik, mental, emosi dan social. Perhatian yang berlebihan atas sat segi akan mempengaruhi segi lain. Dimisalkan orang tua yang terlalu mengutamakan segi mental (misalnya kecerdasan) menyebabkan anak dibesarkan dalam suasana yang penuh aturan-aturan, tuntutan-tuntutan atau kegiatan-kegiatan yang semuanya ditujukan ntuk menunjang keberhasilan di bidang intelektual. Anak mungkin akan berhasil menjadi “bintang pelajar”, tetapi apakah penah ditelaah bagaimana kondisi fisiknya, bagaimana kehidupan emosi dan sosialnya? Apakah ank ini linca, ceria dan bahagia seperti anak-anak lain seusianya.
4)        Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai. Meskipun tidak ada garis pemisah yang jelas antara satu fase dengan fase lainnya, tahapan perkembangan ini sifatnya universal. Dalam perkembangan bicara misalnya, sebelum seorang anak fasihberkata-kata terlebih dahulu ia akan mengoceh.
5)        Setiap fase perkembangan memiliki cirri dan sifat yang khas  sehingga ada tingkah laku yang dianggap sebagai tingkah laku buruk atau krang sesuai yang sebenarnya merupakan tingkah laku yang wajar untuk fase tertentu ini. Setelah seorang anak melewati masa bayi di mana ia mula-mula tidak berdaya, dengan dikuasai dan diperolehnya kemampuan baru menyebabkan bayi ini menjadi lebih ingin mandiri. Ia tidak lagi mau digendong dan diberi dot seperti pada waktu usia dini tetapi berusaha lari kemari dan menolak makanan yang tidak disukainya. Para orang tua sering mengomentari perubahan kelakuan ini sebagai “dulu ia manis, patuh, sekarang jadi bandel dan keras kepala”. Para ahli mengemukakan bahwa antara masa tenang equilibrium (dimana anak mudah diatur, penurut) dan masa disequilibrium atau tidak tenang (di mana anak sukar diatur, mudah tersinggung, gelisah) pada seorang anak akan terjadi silih berganti sebagaimana alur dari sebuah spiral yang bergerak ke atas. Namun justru perubahan-perubahan itulah meupakan cirri terjadinya perkembangan.
6)        Pola perkembangan mengikuti pola yang pasti, maka perkembangan seseorang dapat diperkirakan. Seorang anak yang dilahirkan dengan factor bawaan yang “kurang”dari anak lain, dalam perkembangan selanjutnya akan menampakkan suatu kecenderungan perkembangan yang relative lebih lambat dari anak lain seusianya. 
7)        Perkembangan terjadi karena factor kematangan dan belajar dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam (bawaan) dan faktor luar (lingkungan, pengalaman, pengasuhan). Jadi sekalipun semua orang mengikuti pola perkembangan yang kurang lebih sama, kecepatan perkembangan pada sesuatu aspek pada tiap orang berbeda-beda misalnya anak-anak dengan umur yang sama tidak selalu mencapa titik atau tingkat perkembangan fisik, mental, social, emosi yang sama. Variasi dalam perkembangan ini banyak hubungannya dengan factor kematangan, belajar atau pengalaman, bawaan dan faktor lingkungan.
8)       Setiap individu itu berbeda, dengan lain perkataan setiap orang itu khas, tidak akan ada dua orang yang tepat sama meskipun berasal dari orang tua yang sama.

Munculnya tugas-tugas perkembangan, ditentukan oleh 4 faktor yaitu :
1)    Kematangan fisik, misalnya
(a)     belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki;
(b)     belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja karena kematangan organ-organ seksual.
2)        Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya
(a)     belajar membaca;
(b)     belajar menulis;
(c)      belajar berhitung;
(d)     belajar berorganisasi.
3)        Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya
(a)     memilih pekerjaan;
(b)     memilih teman hidup.
4)        Tuntutan norma agama, misalnya
(a)     taat beribadah kepada Allah;
(b)     berbuat baik kepada sesame manusia.

b)    Tujuan Tugas-tugas Perkembangan

Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut:
1.       Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. “Misalnya, orang tua dapat dibimbing dalam mengajari anaka-anak mereka yang masih kecil untuk menguasai berbagai keterampilan. Dengan pengertian bahwa masyarakat mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan tersebut pada usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya”.  
2.      Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.
3.      Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan berikutnya. “Penyesuaian diri kepada situasi baru selalu sulit dan selalu disertai dengan bermacam-macam tingkat ketegangan emosional”. Tetapi sebagian besar kesulitan dan ketegangan ini dapat dihilangkan kalau individu sadar akan apa yang akan terjadi kemudian dan secara bertahap mempersiapkan diri. Anak-anak yang menguasai keterampilan-keterampilan sosial, diperlukan untuk menghadapi kehidupan sosial remaja yang baru, akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lawan jenisnya bila mereka mencapai usia remaja, dan yang baru menginjak dewasa akan lebih mudah melewati masa peralihan ke masa usia pertengahan. Dan tidak terlampau mengalami ketegangan kalau mereka secara bertahap menciptakan kegiatan-kegiatan waktu senggang dengan berkurangnya tanggung jawab sebagai orang tua.

c)    Penghambat Tugas-tugas Perkembangan

Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat diselesaikan dengan baik, ada juga yang mengalami hambatan. tidak dapat diselesaikannya dengan baik suatu tugas perkembangan dapat menjadi suatu bahaya potensial yang menjadi penghambat penyelesaian tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1.       Harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2.    Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu.
3.      Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain. Sekalipun individu berhasil menguasai tugas pada suatu tahap secara baik, namun keharusan menguasai sekelompok tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya pasti akan membawa ketegangan dan tekanan kondisi-kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis. Misalnya, orang yang masa kerjanya akan berakhir sering mengalami “krisis pensiun”, dimana ia merasa bahwa prestise dan kepuasan pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan akan berakhir juga. Lambat atau cepat semua orang akan sadar bahwa mereka diharapkan menguasai tugas-tugas tertentu pada berbagai periode sepanjang hidup mereka. Setiap individu juga menjadi sadar bahwa dirinya “terlalu cepat”, “terlambat” atau “tepat” dalam kaitannya dengan tugas-tugas ini. Kesadaran inilah yang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka sendiri, demikian pula sikap orang lain terhadap mereka.

2.2         Perkembangan Masa Remaja

a)    Rentangan Usia Masa Remaja

Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa Suatu analisis yang dikemukakan oleh Monks Knoers, dan Haditono (1996) mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara usia 12-21 tahun, yaitu:
a.      12 – 15 tahun; masa remaja awal
Biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negative pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negative dengan gejalanya seperti tidak senang, kurang suka bekerja, pesimisitik, dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat negative tersebut dapat diringkas, yaitu; negative dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental; dan negative dalam sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari masyarakat (negative positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negative aktif).
b.      15 – 18 tahun; masa remaja madya
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan di puja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai dewa remaja. Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat di pandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah pertama, karena tiadanya pedoman, si remaja pedoman, si remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja walau pun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya. Kedua, objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (jadi personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya dalam khayalan.
c.       18 – 21 tahun; masa remaja akhir
Setelah remaja telah ditentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup masuklah individu ke dalam masa dewasa.

b)    Ciri-ciri Masa Remaja

1.   Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri.
Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.

2.  Masa remaja sebagai periode yang paling penting.
Masa remaja ini memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
a)           Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minta yang baru.
b)           Masa remaja adalah masa peralihan.
Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat kekanakkanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengenai peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.

3.  Masa remaja sebagai masa peralihan.
Beberapa transisi yang dihadapi pada masa remaja diantaranya:
a)           Transisi dalam emosi Ciri utama remaja adalah peningkatan kehidupan emosinya, dalam arti sangat peka, mudah tersinggung perasaannya. Remaja dikatakan berhasil melalui masa transisi emosi apabila ia berhasil mengendalikan diri dan mengekspresikan emosi sesuai dengan kelaziman pada lingkungan sosialnya tanpa mengabaikan keperluan dirinya.
b)           Transisi dalam sosialisasi Pada masa remaja hal yang penting dalam proses sosialisasinya adalah hubungan dengan teman sebaya , baik sejenis maupun lawan jenis.
c)            Transisi dalam agama Sering terjadi remaja yang kurang rajin melaksanakan ibadah seperti pada masa kanak-kanak. Hal tersebut bukan karena melunturnya kepercayaan terhadap agama, tetapi timbul keraguan remaja terhadap agama yang dianutnya sebagai akibat perkembangan berfikirnya yang mulai kritis.
d)           Transisi dalam hubungan keluarga Dalam satu keluarga yang terdapat anak remaja, sulit terjadi hubungan yang harmonis dalam keluarga tersebut. Keadaan ini disebabkan remaja yang banyak menentang orang tua dan biasanya cepat menjadi marah. Sedangkan orang tua biasanya kurang memahami ciri tersebut sebagai ciri yang wajar pada remaja.
e)           Transisi dalam moralitas Pada masa remaja terjadi peralihan moralitas dari moralitas anak ke moralitas remaja yang meliputi perubahan sikap dan nilai-nilai yang mendasari pembentukan konsep moralnya. Sehingga sesuai dengan moralitas dewasa serta mampu mengendalikan tingkah lakunya sendiri.

4.  Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Adanya stereotipe yang menganggap remaja sebagai masa yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan merusak. Hal ini menimbulkan ketakutan pada remaja jika bersama orang dewasa. Karena hal ini sudah melekat pada sebagian besar orang dewasa pada umumnya.

5.  Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Remaja mempunyai pandangan bahwa dunia sebagai sesuai keinginannya dan tidak sebagai mana kenyataanya, oleh karena hal tersebut remaja meninggi emosinya apabila gagal dan disakiti hatinya. Remaja lambat laun akan mengerti secara rasional dan realistik sesuai bertambahnya pengalamannya.


6.  Masa remaja adalah periode perubahan.
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu:
·         Peningkatan emosionalitas,
·         Perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual, perubahan tubuh,
·         Minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru,
·         Karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan
·         kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi.

7.  Masa remaja sebagai usia bermasalah.
Jika dulu yang remaja pikirkan adalah masa depan, dan kebahagiaan orang tua mereka, maka zaman sekarang gaya adalah yang terpenting!.Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anakanak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.(Kartono, 2003).Mussen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara. Sama halnya dengan Conger (1976) & Dusek (1977) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman.Sarwono (2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1990) menyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menggangu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock (1999) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal.Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.

2.3      Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada dihadapannya.
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
Secara umum tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya mengurangi atau bila mungkin menghilangkan sama sekali sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk menepati kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock dalam Mappiare (1992) adalah berusaha agar:
1.       Mampu menerima keadaan fisiknya.
Pada periode pra-remaja, anak tumbuh demikian cepat yang mengarah pada bentuk orang dewasa, diiringi perkembangan sikap dan citra diri. Remaja diharapkan dapat menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri mereka sendiri, bukan khayalan dan impian.
2.      Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
Dalam masa remaja diharapkan mereka menerima keadaan diri sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggung jawab kaumnya masing-masing. Sering kali terjadi ada remaja yang menyesali diri sebagai pria atau wanita, terutama jika bentuk tubuh mereka tidak memuaskan.
3.      Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
Akibat adanya kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan sosial terutama hubungan dengan lawan jenis merupakan suatu kewajaran. Dalam hal ini, seorang remaja haruslah mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis atau sesama jenis agar memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa berharga.
4.      Mencapai kemandirian emosional.
Tugas perkembangan yang harus dihadapi remaja adalah bebas dari ketergantungan emosional seperti dalam masa kanak-kanak mereka. Dalam masa remaja, seseorang dituntut untuk tidak lagi mengalami perasaan bergantung semacam itu.
5.      Mencapai kemandirian ekonomi.
Kesanggupan berdiri sendiri dalam hal yang berhubungan dengan ekonomi merupakan tugas perkembangan remaja yang penting, karena mereka akan hidup sebagai orang dewasa kelak.
6.      Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
Sebagai hasil dari perpaduan unsur-unsur pertumbuhan biologis dan keragaman pengalaman dengan lingkungan, remaja dapat mengembangkan kemampuan mentalnya. Remaja sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau nalar tentang sesuatu yang berada di luar pengalamannya atau sistem nilai yang dimilikinya. Dengan kata lain , remaja sudah dapat memikirkan kemungkinan sesuatu yang abstrak secara sistematis untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah.
7.      Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. Proses pengikatan individu kepada kelompok sosialnya telah berkembang sejak lahir. Proses ini diperluas selama masa anak dan remaja. Remaja yang mengikuti kegiatan keagamaan akan dapat mengembangkan sikap batin atau sikap keterikatan sosialnya terhadap orang lain.
8.     Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
Sikap remaja terhadap pernikahan ternyata beragam, sebagian remaja bersifat antagonistik (menentang dan merasa takut) dan sebagian lainnya menerimanya dengan sikap positif.
9.      Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Tugas-tugas fase perkembangan remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja yang diwarnai oleh perkembangan kognitifnya.

Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya , sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilai dan aspirasi individu.


a)    Perkembangan Fisik Masa Remaja :

1.       Remaja mengalami growth spurt, yaitu pertumbuhan fisik yang sangat pesat, yang ditandai oleh cirri-ciri perkembangan pada masa pubertas
2.      Otot-otot tubuh mengeras, tinggi dan berat badan meningkat cepat, begitu pula dengan proporsi tubuh yang semakin mirip dengan tubuh orang dewasa, termasuk juga kematangan fungsi seksual. Hal ini terjadi disebabkan adanya proses biologis yang berkaitan dengan perubahan hormonal di dalam tubuh remaja. Dengan demikian, pada saat ini remaja menjadi manusia seksual yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi (Santrock, 2001)
3.      Remaja putri mengalami menarche, yaitu menstruasi pertama. Tumbuh payudara, muncul pubic hair, jaringan lemak mulai menebal terutama dibagian lengan, paha, pinggul, dan perut
4.      Remaja putra mengalami spermarche, yaitu pertama kalinya cairan sperma keluar yang umumnya saat tidur. Ukuran alat kelaminnya sudah mencapai bentuk orang dewasa, muncul pula pubic hair di sekitar alat kelamin, rambut di ketiak, kaki, dada ( tidak pada semua laki-laki ), terjadi perubahan pita suara sehingga suara jadi lebih berat dan besar (Papalai et al.,2001)

b)    Perkembangan Kognitif Masa Remaja

1.       Memasuk tahap operational formal (formal operational) yang ditandai dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, idealis, dan logis. Dalam memecahkan masalah ia mampumelakukan penalaran deduktif, yaitu penalaran terhadap beberapa premis yang kemudian mengambil suatu kesimpulan. Selain itu cara berpikirnyapun seperti ilmuwan, yang oleh Piaget disebut dengan istilah hypothetico-deductive reasoning, yaitu:
·         membuat perencanaan,
·         memecahkan masalah secara sistematis, dan
·         melakukan pengetesan terhadap sulusi yang diambil (Santrock, 1999, 2001).
2.      Adanya egosentrisme dalam berpikir sehingga sudut pandang pola pikirnya masih berorientasi pada diri sendiri. Elkind (dlm. Papalia, 2001) menjelaskan satu bentuk egosentrisme ini sebagai imaginary audience, yaitu remaja merasa diperhatikan oleh orang lain atau menjadi pusat perhatian orang lain.
3.      Adanya personal fable, yaitu merasa memiliki pribadi yang unik, berbeda dari manusia lainnya, sehingga seorang remaja bisa memiliki keyakinan bahwa ia tidak akan mati sekalipun ngebut di jalan raya atau mencoba-coba narkoba, atau tidak akan hamil jika melakukan hubungan seks karena merasa dirinya berbeda dari yang lain.
  

BAB III
PENUTUP

3.1          Kesimpulan

Havighrust mendefinisikan tugas perkembangan, adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusakan penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Ada sejumlah tugas perkembangan remaja yang penting, yaitu :
1.       Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
2.      Mencapai peran sosial maskulin dan feminine
3.      Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
4.      Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5.      Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
6.      Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
7.      Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
8.     Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga Negara
9.      Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara social
10.  Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku. (Havighurst dalam Hurlock, 1973).

 Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
a)     Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
b)     Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.

3.2         Saran-saran

Masa remaja adalah tindak lanjut dari masa kanak-kanak yang diawali dengan masa perubahan yang sering disebut dengan masa pubertas. Di Masa inilah remaja mulai gencar mencari tahu sesuatu yang menurut mereka masih asing dalam kehidupan mereka. Di masa ini pula sebaiknya pengekangan-pengekangan yang diterapkan di masa kanak-kanak hendaknya dikurangi. Karena biasanya mereka pada masa ini mulai mengerti mengapa di waktu kecil mereka dilarang untuk melakukan sesuatu yang bisa disebut tidak pantas. Remaja akan mulai mengetehui masalah-masalah yang ada dalam kehidupan. Disini orang tua berperan sebagai penasihat sekaligus pengawas tingkah laku anak agar bisa mawas diri dan juga tidak ceroboh dalam mengambil suatu keputusan.

DAFTAR PUSTAKA

Diane E. Papalia, Dkk, Human Development, terjemahan A. K. Anwar, (Jakarta : Kencana , 2008)

Hurlock, E.B. Psikologi Perkembangan. (Jakarta : Erlangga, 1990.)

Jhon W. Santrock, Perkembangan Anak, terjemahan Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti, (Jakarta: Erlangga, 2007)

JOURNAL PROVITAE volume 1, “persepsi terhadap dukungan orang tua dan perbuatan keputusan karir remaja” (yayasan obor Indonesia, 2004)

Muhammad Al-Mighwar, M. Ag. Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006).

Singgih D. Gunarsa & Y Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ( Jakarta : Gunung Mulia, 2008)

Suryabrata, Sumadi,  Psikologi Pendidikan, (Jakarta : C.V. Rajawali, 1991)

Yusuf LN, H. Syamsu. Dr., M.pd. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008)







1 komentar:

  1. good artikel
    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fnovrihadinata.wordpress.com

    BalasHapus