BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi individu,
baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku J.P. Chaplin,
1979) psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik setiap fase-fase perkembangan.
Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada
perubahan-perubahan dan perkembangan struktur jasmani (biologis), perilaku dan
fungsi mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi
hingga menjelang kematiaanya.
Di dalam psikologi perkembangan
banyak dibicarakan bahwa dasar kepribadian seseorang terbentuk pada masa
anak-anak. Proses-proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak
ditambah dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak-anaknya sedikit
demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa.
Istilah remaja berasal dari
bahasa Inggris ‘Adolescence’ yang
berarti tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju kematangan (Sebald,
1992, hlm.3). ‘Adolescence’ merupakan suatu perubahan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa setengah
baya dan masa tua, pada umumnya dimulai sekitar umur 12 atau 13 tahun
dan diakhiri pada umur awal 20-an (Papalia & Olds, 1992, hlm. 342). Menurut
Papalia et al., 1998) masa remaja merupakan periode transisi antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan fisik, kognitif, dan
psikososial (hlm. 330)
Dimana pada masa
ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga
merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan.
Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai
tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas
perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam
keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam
menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja
sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya
mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau
diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah,
teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik
yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja
sesuai dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan untuk
membedakan yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya. Disinilah peran
lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang
remaja. Sebelum menentukan hal yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian
hendaknya kita pelajari dahulu tugas perkembangan remaja dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, saya mencoba membahas mengenai tugas perkembangan remaja baik
secara umum maupun klasifikasinya secara khusus yang berkenaan dengan kehidupan
pribadi sebagai individu, kehidupan pendidikan dan karier, serta kehidupan
keluarga.
1.2
Rumusan Masalah
A.
Pengertian Tugas-tugas Perkembangan
·
Prinsip-prinsip Perkembangan
·
Tujuan Tugas-tugas Perkembangan
·
Penghambat Tugas-tugas Perkembangan
B.
Perkembangan Masa-masa Remaja
·
Rentangan Usia Masa Remaja
·
Ciri-ciri Masa Remaja
C.
Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja
·
Perkembangan Fisik Masa Remaja
·
Perkembangan Kognitif Masa Remaja
1.3
Tujuan
A.
Mengetahui Pengertian Tugas-tugas Perkembangan
·
Mengetahui Prinsip-prinsip Perkembangan
·
Mengetahui Tujuan Tugas-tugas Perkembangan
·
Mengetahui Penghambat Tugas-tugas Perkembangan
B.
Mengetahui Perkembangan Masa-masa Remaja
·
Mengetahui Rentangan Usia Masa Remaja
·
Mengetahui Ciri-ciri Masa Remaja
C.
Mengetahui Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja
·
Mengetahui Perkembangan Fisik Masa Remaja
·
Mengetahui Perkembangan Kognitif Masa Remaja
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Tugas-tugas Perkembangan
Robert Havighrust (Adam & Gullota, 1983) melalui perspektif
psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu
menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus. Tugas-tugas
ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan,
pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan
kebahagiaan hidupnya.
Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori-teori
tugas-tugas perkembangan adalah Robert J. Havighust (Hurlock, 1990), mengartikan
tugas-tugas perkembangan itu sebagai berikut : “A developmental task is a task which arises at or about a certain
period in the life of the individual, successful achievement of which leads to
his happiness and to success with later task, while failure leads to
unhappiness in the individual, disapproval by society and difficulty with later
task”. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang
muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila
tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan
dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan
menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan
penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku,
atau keterampilan yang seyogianya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia
atau fase perkembangannya. Hurlock (1981) menyebut tugas-tugas perkembangan ini
sebagai sosial expectations. Dalam arti, setiap kelompok budaya mengharapkan
anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola
perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Setiap
individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa
periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai
serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap
individu. Sebab, kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase
tertentu akan mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase
berikutnya.
a)
Prinsip-prinsip Perkembangan
Adalah harapan dan cita-cita
orang tua untuk dapat memperkembangkan anak semaksimal mungkin agar anak
tersebut mampu dan berhasil dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan yang
berlaku umum untuk setiap umur atau fase perkembangan yang akan atau sedang dilalui
seorang anak. Orang tua akan senang misalnya mempunyai anak umur 2 tahun sudah
lincah berjalan, berlari serta berbicara, pada umur 4 tahun sudah berhenti
mengopol, pada umur 11 – 13 tahun dapat melampaui jenjang pendidikan S.D.
dengan tanpa kesulitan dan mereka telah mengetahui peran jenis kelaminnya, pada
masa remaja dapat menerapkan nilai-nilai moral dengan baik, demikian untuk
selanjutnya secara bertahap mereka mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya.
Beberapa prisip perkembangan
yang mendasari perkembangan setiap anak:
1)
Perkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh
menjadi besar tetapi mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progresif,
teratur, koheren dan berkesinambungan. Jadi antara satu tahap perkembangan
dengan tahap perkembangan berikutnya tidak terlepas, berdiri sendiri-sendiri.
2)
Perkembangan dimulai dari respon-respon yang
sifatnya umum menuju ke yang khusus. Contohnya, seorang bayi mula-mula ia akan
bereaksi tersenyum bila melihat setia wajah manusia. Dengan bertambahnya usia
bayi, ia mulai bisa membedakan wajah-wajah tertentu.
3)
Manusia merupakan totalitas (kesatuan), sehingga
akan ditemu kaitan erat antara perkembangan aspek fisik-motorik, mental, emosi
dan social. Perhatian yang berlebihan atas sat segi akan mempengaruhi segi
lain. Dimisalkan orang tua yang terlalu mengutamakan segi mental (misalnya
kecerdasan) menyebabkan anak dibesarkan dalam suasana yang penuh aturan-aturan,
tuntutan-tuntutan atau kegiatan-kegiatan yang semuanya ditujukan ntuk menunjang
keberhasilan di bidang intelektual. Anak mungkin akan berhasil menjadi “bintang
pelajar”, tetapi apakah penah ditelaah bagaimana kondisi fisiknya, bagaimana
kehidupan emosi dan sosialnya? Apakah ank ini linca, ceria dan bahagia seperti
anak-anak lain seusianya.
4)
Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan
yang berlangsung secara berantai. Meskipun tidak ada garis pemisah yang jelas
antara satu fase dengan fase lainnya, tahapan perkembangan ini sifatnya
universal. Dalam perkembangan bicara misalnya, sebelum seorang anak fasihberkata-kata
terlebih dahulu ia akan mengoceh.
5)
Setiap fase perkembangan memiliki cirri dan
sifat yang khas sehingga ada tingkah
laku yang dianggap sebagai tingkah laku buruk atau krang sesuai yang sebenarnya
merupakan tingkah laku yang wajar untuk fase tertentu ini. Setelah seorang anak
melewati masa bayi di mana ia mula-mula tidak berdaya, dengan dikuasai dan
diperolehnya kemampuan baru menyebabkan bayi ini menjadi lebih ingin mandiri.
Ia tidak lagi mau digendong dan diberi dot seperti pada waktu usia dini tetapi
berusaha lari kemari dan menolak makanan yang tidak disukainya. Para orang tua
sering mengomentari perubahan kelakuan ini sebagai “dulu ia manis, patuh,
sekarang jadi bandel dan keras kepala”. Para ahli mengemukakan bahwa antara
masa tenang equilibrium (dimana anak mudah diatur, penurut) dan masa
disequilibrium atau tidak tenang (di mana anak sukar diatur, mudah tersinggung,
gelisah) pada seorang anak akan terjadi silih berganti sebagaimana alur dari
sebuah spiral yang bergerak ke atas. Namun justru perubahan-perubahan itulah
meupakan cirri terjadinya perkembangan.
6)
Pola perkembangan mengikuti pola yang pasti,
maka perkembangan seseorang dapat diperkirakan. Seorang anak yang dilahirkan
dengan factor bawaan yang “kurang”dari anak lain, dalam perkembangan selanjutnya
akan menampakkan suatu kecenderungan perkembangan yang relative lebih lambat
dari anak lain seusianya.
7)
Perkembangan terjadi karena factor kematangan
dan belajar dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam (bawaan) dan
faktor luar (lingkungan, pengalaman, pengasuhan). Jadi sekalipun semua orang
mengikuti pola perkembangan yang kurang lebih sama, kecepatan perkembangan pada
sesuatu aspek pada tiap orang berbeda-beda misalnya anak-anak dengan umur yang
sama tidak selalu mencapa titik atau tingkat perkembangan fisik, mental,
social, emosi yang sama. Variasi dalam perkembangan ini banyak hubungannya
dengan factor kematangan, belajar atau pengalaman, bawaan dan faktor
lingkungan.
8)
Setiap individu itu berbeda, dengan lain
perkataan setiap orang itu khas, tidak akan ada dua orang yang tepat sama
meskipun berasal dari orang tua yang sama.
Munculnya tugas-tugas perkembangan, ditentukan oleh 4 faktor
yaitu :
1) Kematangan
fisik, misalnya
(a) belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki;
(b) belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang
berbeda pada masa remaja karena kematangan organ-organ seksual.
2)
Tuntutan masyarakat secara kultural,
misalnya
(a) belajar membaca;
(b) belajar menulis;
(c) belajar berhitung;
(d) belajar berorganisasi.
3)
Tuntutan dari dorongan dan cita-cita
individu sendiri, misalnya
(a) memilih pekerjaan;
(b) memilih teman hidup.
4)
Tuntutan norma agama, misalnya
(a) taat beribadah kepada Allah;
(b) berbuat baik kepada sesame manusia.
b)
Tujuan Tugas-tugas Perkembangan
Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat
bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai
berikut:
1.
Sebagai petunjuk bagi individu untuk
mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu.
“Misalnya, orang tua dapat dibimbing dalam mengajari anaka-anak mereka yang
masih kecil untuk menguasai berbagai keterampilan. Dengan pengertian bahwa
masyarakat mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan tersebut
pada usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat
dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya”.
2.
Memberikan motivasi kepada setiap
individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia
tertentu sepanjang kehidupannya.
3.
Menunjukkan kepada setiap individu
tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari
mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan berikutnya. “Penyesuaian
diri kepada situasi baru selalu sulit dan selalu disertai dengan bermacam-macam
tingkat ketegangan emosional”. Tetapi sebagian besar kesulitan dan ketegangan
ini dapat dihilangkan kalau individu sadar akan apa yang akan terjadi kemudian
dan secara bertahap mempersiapkan diri. Anak-anak yang menguasai
keterampilan-keterampilan sosial, diperlukan untuk menghadapi kehidupan sosial
remaja yang baru, akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lawan jenisnya bila
mereka mencapai usia remaja, dan yang baru menginjak dewasa akan lebih mudah
melewati masa peralihan ke masa usia pertengahan. Dan tidak terlampau mengalami
ketegangan kalau mereka secara bertahap menciptakan kegiatan-kegiatan waktu
senggang dengan berkurangnya tanggung jawab sebagai orang tua.
c)
Penghambat Tugas-tugas Perkembangan
Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat diselesaikan dengan
baik, ada juga yang mengalami hambatan. tidak dapat diselesaikannya dengan baik
suatu tugas perkembangan dapat menjadi suatu bahaya potensial yang menjadi
penghambat penyelesaian tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1.
Harapan-harapan yang kurang tepat,
baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku di luar kemampuan
fisik maupun psikologis.
2. Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai
akibat kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu.
3.
Adanya krisis yang dialami individu
karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain. Sekalipun individu
berhasil menguasai tugas pada suatu tahap secara baik, namun keharusan
menguasai sekelompok tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya pasti
akan membawa ketegangan dan tekanan kondisi-kondisi yang dapat mengarah pada
suatu krisis. Misalnya, orang yang masa kerjanya akan berakhir sering mengalami
“krisis pensiun”, dimana ia merasa bahwa prestise dan kepuasan pribadi yang
berhubungan dengan pekerjaan akan berakhir juga. Lambat atau cepat semua orang
akan sadar bahwa mereka diharapkan menguasai tugas-tugas tertentu pada berbagai
periode sepanjang hidup mereka. Setiap individu juga menjadi sadar bahwa
dirinya “terlalu cepat”, “terlambat” atau “tepat” dalam kaitannya dengan
tugas-tugas ini. Kesadaran inilah yang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka
sendiri, demikian pula sikap orang lain terhadap mereka.
2.2
Perkembangan Masa Remaja
a)
Rentangan Usia Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa
yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang
menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa Suatu
analisis yang dikemukakan oleh Monks Knoers, dan Haditono (1996) mengenai semua
aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara usia
12-21 tahun, yaitu:
a. 12 – 15
tahun; masa remaja awal
Biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif
singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negative pada si remaja sehingga
seringkali masa ini disebut masa negative dengan gejalanya seperti tidak
senang, kurang suka bekerja, pesimisitik, dan sebagainya. Secara garis besar
sifat-sifat negative tersebut dapat diringkas, yaitu; negative dalam prestasi,
baik prestasi jasmani maupun prestasi mental; dan negative dalam sosial, baik
dalam bentuk menarik diri dari masyarakat (negative positif) maupun dalam
bentuk agresif terhadap masyarakat (negative aktif).
b. 15 – 18
tahun; masa remaja madya
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,
kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang
dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari
sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan di puja-puja
sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai
dewa remaja. Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita
hidup itu dapat di pandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses
penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah pertama, karena tiadanya pedoman, si remaja pedoman, si remaja
merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja walau pun sesuatu yang
dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui
bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya. Kedua, objek pemujaan itu telah menjadi
lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai
tertentu (jadi personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering
aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan
memujanya dalam khayalan.
c. 18 – 21
tahun; masa remaja akhir
Setelah remaja telah ditentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya
telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas
perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup masuklah individu ke
dalam masa dewasa.
b) Ciri-ciri Masa Remaja
1.
Masa
remaja adalah masa pencarian identitas diri.
Pada
periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi
remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan
berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja
untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti mobil,
pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.
2.
Masa
remaja sebagai periode yang paling penting.
Masa
remaja ini memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding dengan
periode-periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut
:
a)
Masa remaja adalah periode yang penting
Periode
ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak
jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun
memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu,
dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting.
Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara
mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minta
yang baru.
b)
Masa remaja adalah masa peralihan.
Periode
ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat kekanakkanakannya dan
harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan
dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode
ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengenai peran yang
dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku
anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya,
namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang
dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
3.
Masa
remaja sebagai masa peralihan.
Beberapa
transisi yang dihadapi pada masa remaja diantaranya:
a)
Transisi dalam emosi Ciri utama remaja adalah
peningkatan kehidupan emosinya, dalam arti sangat peka, mudah tersinggung
perasaannya. Remaja dikatakan berhasil melalui masa transisi emosi apabila ia
berhasil mengendalikan diri dan mengekspresikan emosi sesuai dengan kelaziman
pada lingkungan sosialnya tanpa mengabaikan keperluan dirinya.
b)
Transisi dalam sosialisasi Pada masa remaja hal
yang penting dalam proses sosialisasinya adalah hubungan dengan teman sebaya ,
baik sejenis maupun lawan jenis.
c)
Transisi dalam agama Sering terjadi remaja yang
kurang rajin melaksanakan ibadah seperti pada masa kanak-kanak. Hal tersebut
bukan karena melunturnya kepercayaan terhadap agama, tetapi timbul keraguan
remaja terhadap agama yang dianutnya sebagai akibat perkembangan berfikirnya
yang mulai kritis.
d)
Transisi dalam hubungan keluarga Dalam satu
keluarga yang terdapat anak remaja, sulit terjadi hubungan yang harmonis dalam
keluarga tersebut. Keadaan ini disebabkan remaja yang banyak menentang orang
tua dan biasanya cepat menjadi marah. Sedangkan orang tua biasanya kurang
memahami ciri tersebut sebagai ciri yang wajar pada remaja.
e)
Transisi dalam moralitas Pada masa remaja terjadi
peralihan moralitas dari moralitas anak ke moralitas remaja yang meliputi
perubahan sikap dan nilai-nilai yang mendasari pembentukan konsep moralnya.
Sehingga sesuai dengan moralitas dewasa serta mampu mengendalikan tingkah
lakunya sendiri.
4.
Masa
remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Adanya
stereotipe yang menganggap remaja sebagai masa yang tidak rapi, tidak dapat
dipercaya dan merusak. Hal ini menimbulkan ketakutan pada remaja jika bersama
orang dewasa. Karena hal ini sudah melekat pada sebagian besar orang dewasa
pada umumnya.
5.
Masa
remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Remaja
mempunyai pandangan bahwa dunia sebagai sesuai keinginannya dan tidak sebagai
mana kenyataanya, oleh karena hal tersebut remaja meninggi emosinya apabila
gagal dan disakiti hatinya. Remaja lambat laun akan mengerti secara rasional
dan realistik sesuai bertambahnya pengalamannya.
6.
Masa
remaja adalah periode perubahan.
Perubahan
yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, peubahan fisik yang
cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga
cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu:
·
Peningkatan emosionalitas,
·
Perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual,
perubahan tubuh,
·
Minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang
menimbulkan masalah baru,
·
Karena perubahan minat dan pola perilaku maka
terjadi pula perubahan nilai, dan
·
kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap
perubahan yang terjadi.
7.
Masa
remaja sebagai usia bermasalah.
Jika dulu
yang remaja pikirkan adalah masa depan, dan kebahagiaan orang tua mereka, maka
zaman sekarang gaya adalah yang terpenting!.Kenakalan remaja biasa disebut
dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya
anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada
periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere”
yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi
jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau
peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan
remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anakanak muda, merupakan gejala
sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh
satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku
yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas,
dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status
hingga tindak kriminal.(Kartono, 2003).Mussen dkk (1994), mendefinisikan
kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang
biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan
ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973)
juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang
individu yang melakukannya masuk penjara. Sama halnya dengan Conger (1976)
& Dusek (1977) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu kenakalan yang
dilakukan oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang
melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman.Sarwono (2002)
mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1990) menyebutkan bahwa kenakalan
remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menggangu, baik terhadap
diri sendiri maupun orang lain. Santrock (1999) juga menambahkan kenakalan
remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat
diterima secara sosial sampai tindakan kriminal.Dari pendapat-pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan
remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan
kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang
dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.
2.3
Tugas-tugas
Perkembangan Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku
dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang
terjadi pada fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk dapat menyesuaikan
diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada dihadapannya.
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh
berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang
dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan
pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan,
kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan
melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
Secara
umum tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya mengurangi atau bila
mungkin menghilangkan sama sekali sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta
berusaha untuk menepati kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.
Adapun
tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock dalam Mappiare (1992)
adalah berusaha agar:
1.
Mampu menerima keadaan fisiknya.
Pada periode pra-remaja,
anak tumbuh demikian cepat yang mengarah pada bentuk orang dewasa, diiringi
perkembangan sikap dan citra diri. Remaja diharapkan dapat menerima keadaan
diri sebagaimana adanya keadaan diri mereka sendiri, bukan khayalan dan impian.
2.
Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
Dalam masa remaja
diharapkan mereka menerima keadaan diri sebagai pria atau wanita dengan sifat
dan tanggung jawab kaumnya masing-masing. Sering kali terjadi ada remaja yang
menyesali diri sebagai pria atau wanita, terutama jika bentuk tubuh mereka
tidak memuaskan.
3.
Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
Akibat adanya kematangan
seksual yang dicapai sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan
sosial terutama hubungan dengan lawan jenis merupakan suatu kewajaran. Dalam
hal ini, seorang remaja haruslah mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya
lawan jenis atau sesama jenis agar memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa
berharga.
4.
Mencapai kemandirian emosional.
Tugas perkembangan yang
harus dihadapi remaja adalah bebas dari ketergantungan emosional seperti dalam
masa kanak-kanak mereka. Dalam masa remaja, seseorang dituntut untuk tidak lagi
mengalami perasaan bergantung semacam itu.
5.
Mencapai kemandirian ekonomi.
Kesanggupan berdiri sendiri
dalam hal yang berhubungan dengan ekonomi merupakan tugas perkembangan remaja
yang penting, karena mereka akan hidup sebagai orang dewasa kelak.
6.
Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
Sebagai hasil dari
perpaduan unsur-unsur pertumbuhan biologis dan keragaman pengalaman dengan
lingkungan, remaja dapat mengembangkan kemampuan mentalnya. Remaja sudah
memiliki kemampuan untuk berfikir atau nalar tentang sesuatu yang berada di
luar pengalamannya atau sistem nilai yang dimilikinya. Dengan kata lain ,
remaja sudah dapat memikirkan kemungkinan sesuatu yang abstrak secara
sistematis untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah.
7.
Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua
Mengembangkan perilaku
tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. Proses
pengikatan individu kepada kelompok sosialnya telah berkembang sejak lahir.
Proses ini diperluas selama masa anak dan remaja. Remaja yang mengikuti
kegiatan keagamaan akan dapat mengembangkan sikap batin atau sikap keterikatan
sosialnya terhadap orang lain.
8.
Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
Sikap remaja terhadap
pernikahan ternyata beragam, sebagian remaja bersifat antagonistik (menentang
dan merasa takut) dan sebagian lainnya menerimanya dengan sikap positif.
9.
Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
Tugas-tugas fase
perkembangan remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu
fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat
membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan
baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan
kemampuan kreatif remaja yang diwarnai oleh perkembangan kognitifnya.
Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul
sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya
aspirasi budaya , sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena
nilai-nilai dan aspirasi individu.
a)
Perkembangan
Fisik Masa Remaja :
1. Remaja
mengalami growth spurt, yaitu pertumbuhan fisik yang sangat pesat, yang
ditandai oleh cirri-ciri perkembangan pada masa pubertas
2. Otot-otot
tubuh mengeras, tinggi dan berat badan meningkat cepat, begitu pula dengan
proporsi tubuh yang semakin mirip dengan tubuh orang dewasa, termasuk juga
kematangan fungsi seksual. Hal ini terjadi disebabkan adanya proses biologis
yang berkaitan dengan perubahan hormonal di dalam tubuh remaja. Dengan
demikian, pada saat ini remaja menjadi manusia seksual yang memiliki kemampuan
untuk bereproduksi (Santrock, 2001)
3. Remaja
putri mengalami menarche, yaitu menstruasi pertama. Tumbuh payudara, muncul
pubic hair, jaringan lemak mulai menebal terutama dibagian lengan, paha,
pinggul, dan perut
4. Remaja
putra mengalami spermarche, yaitu pertama kalinya cairan sperma keluar yang
umumnya saat tidur. Ukuran alat kelaminnya sudah mencapai bentuk orang dewasa,
muncul pula pubic hair di sekitar alat kelamin, rambut di ketiak, kaki, dada (
tidak pada semua laki-laki ), terjadi perubahan pita suara sehingga suara jadi
lebih berat dan besar (Papalai et al.,2001)
b)
Perkembangan
Kognitif Masa Remaja
1. Memasuk
tahap operational formal (formal operational) yang ditandai dengan kemampuan
untuk berpikir abstrak, idealis, dan logis. Dalam memecahkan masalah ia
mampumelakukan penalaran deduktif, yaitu penalaran terhadap beberapa premis
yang kemudian mengambil suatu kesimpulan. Selain itu cara berpikirnyapun
seperti ilmuwan, yang oleh Piaget disebut dengan istilah hypothetico-deductive
reasoning, yaitu:
·
membuat perencanaan,
·
memecahkan masalah secara sistematis, dan
·
melakukan pengetesan terhadap sulusi yang diambil
(Santrock, 1999, 2001).
2. Adanya
egosentrisme dalam berpikir sehingga sudut pandang pola pikirnya masih
berorientasi pada diri sendiri. Elkind (dlm. Papalia, 2001) menjelaskan satu
bentuk egosentrisme ini sebagai imaginary audience, yaitu remaja merasa
diperhatikan oleh orang lain atau menjadi pusat perhatian orang lain.
3. Adanya
personal fable, yaitu merasa memiliki pribadi yang unik, berbeda dari manusia
lainnya, sehingga seorang remaja bisa memiliki keyakinan bahwa ia tidak akan
mati sekalipun ngebut di jalan raya atau mencoba-coba narkoba, atau tidak akan
hamil jika melakukan hubungan seks karena merasa dirinya berbeda dari yang
lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Havighrust mendefinisikan tugas perkembangan, adalah tugas yang muncul
pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang
jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa kearah keberhasilan
dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas
berikutnya.
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusakan penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Ada sejumlah tugas perkembangan remaja yang penting, yaitu :
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusakan penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Ada sejumlah tugas perkembangan remaja yang penting, yaitu :
1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya
baik sesama jenis maupun lawan jenis
2. Mencapai peran sosial maskulin dan feminine
3. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang
dewasa lainnya
5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan
keluarga
8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk
tercapainya kompetensi sebagai warga Negara
9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat
dipertanggungjawabkan secara social
10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman
perilaku. (Havighurst dalam Hurlock, 1973).
a)
Masalah pribadi, yaitu
masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah,
kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
b)
Masalah khas remaja, yaitu masalah
yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah
pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip
yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban
dibebankan oleh orangtua.
3.2
Saran-saran
Masa
remaja adalah tindak lanjut dari masa kanak-kanak yang diawali dengan masa
perubahan yang sering disebut dengan masa pubertas. Di Masa inilah remaja mulai
gencar mencari tahu sesuatu yang menurut mereka masih asing dalam kehidupan
mereka. Di masa ini pula sebaiknya pengekangan-pengekangan yang diterapkan di
masa kanak-kanak hendaknya dikurangi. Karena biasanya mereka pada masa ini
mulai mengerti mengapa di waktu kecil mereka dilarang untuk melakukan sesuatu
yang bisa disebut tidak pantas. Remaja akan mulai mengetehui masalah-masalah
yang ada dalam kehidupan. Disini orang tua berperan sebagai penasihat sekaligus
pengawas tingkah laku anak agar bisa mawas diri dan juga tidak ceroboh dalam
mengambil suatu keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Diane E. Papalia, Dkk,
Human Development, terjemahan A. K. Anwar, (Jakarta : Kencana , 2008)
Hurlock, E.B. Psikologi Perkembangan. (Jakarta : Erlangga,
1990.)
Jhon W. Santrock,
Perkembangan Anak, terjemahan Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti, (Jakarta:
Erlangga, 2007)
JOURNAL
PROVITAE volume 1, “persepsi terhadap dukungan orang tua dan perbuatan
keputusan karir remaja” (yayasan obor Indonesia, 2004)
Muhammad
Al-Mighwar, M. Ag. Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006).
Singgih
D. Gunarsa & Y Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (
Jakarta : Gunung Mulia, 2008)
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : C.V.
Rajawali, 1991)
Yusuf LN, H. Syamsu. Dr., M.pd. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008)
good artikel
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fnovrihadinata.wordpress.com